Jumat, 02 Maret 2012

Teknik Bertanya dan Memberi Motivasi


Teknik Bertanya dan Memberi Motivasi
Maret, 2012,
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Teknik bertanya dan memberikan motivasi merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajaran, terutama pelajaran matematika.karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan.
Dalam hidup suatu tujuan membantu kita untuk memusatkan usaha dan perhatian, hal tersebut mengindikasikan terhadap apa yang ingin dicapai, sedangkan dalam pendidikan, tujuan mengindikasikan terhadap apa yang inginkan siswa untuk berlajar. Tujuan sangat penting sekali dalam mengajar karena mengajar merupakan sebuah tindakan yang beralasan dan disengaja. Mengajar adalah kegiatan yang disengaja untuk beberapa tujuan. Secara mendasar mengajar adalah memfasilitasi pembelajaran siswa. Memgajar haruslah beralasan, karena apa yang guru ajarkan akan dinilai oleh siswa agar menjadi lebih berarti.
Aspek alasan dari hubungan mengajar adalah dari hubungan mengajar adalah tujuan apa yang akan dipilih guru untuk siswanya. Aspek disengaja dari kegiatan mengajar terfokus pada, bagaimana guru membantu siswa mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu bagaimana lingkungan belajar yang guru ciptakan dan kegiatan pengalaman apa yang akan dilalui siswa. Lingkungan belajar, kegiatan, serta pengalaman yang guru ciptakan harus ditempuh siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu, setelah menetapkan tujuan yang ingin kemudian menentukan teknik mengajukan pertanyaan dan memberikan motivasi. Pemberian motivasi juga merupakan salah satu kegiatan dalam pelajaran matematika yang sangat penting baik oleh guru, maupun siswa disemua tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Akan tetapi, hal tersebut masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa yang mempelajarinya maupun bagi yang mengajarkannya. Karena mengajukan pertanyaan harus sesuai dengan materi yang telah diberikan kepada siswa, jika pertanyaan yang diajukan keluar darli lmateri akan membuat siswa mengalami kesulitan akibatnya, siswa akan mencap dirinya tidak bisa dalam pelajaran matematika. Padahal, sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya pelajaran matematika agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan didunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. Hal ini jelas merupakan tuntutan yang sangat tinggi yang tidak mungkin bisa dicapai hanya melalui hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran yang sungguh-sungguh. Untuk menjawab tuntutan tujuan yang demikian tinggi, maka perlu dikembangkannya materi serta proses pembelajarannya yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Untuk itu, agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai guru mestinya mempunyai kemampuan untuk menentukan strategi yang tepat terutama dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa sesuai materi yang telah diajarkan sebelumnya, gunanya untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam mendapat materi yang diajarkan, bagi siswa yang mempunyai kemampuan yang kurang maka guru harus terampil menentukan strategi dengan memberikan motivasi dan semangat sehingga kesulitan siswa dapat teratasi.
2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah strategi pembelajaran matematika
2. Dapat mengetahui teknik-teknik yang harus guru pelajari dalam mendiagnosis kesulitan siswa.
3. Dapat mengetahui seberapa jauh materi yang diterima oleh siswa dengan konsep Tanya jawab.
4. Sebagai panduan oleh guru bagaimana cara yang efisien dalam mengajarkan materi yang diberikan agar dapat diterima dengan baik oleh siswa.
3. Batasan masalah
Pendidikan matematika itu sangat penting untuk dipelajari karena diperlukan pemikiran yang logis, teliti cermat dalam mempelajarinya, agar matematika itu dapat dikuasai perlu kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh dan diperlukan strategi yang tepat dalam mempelajarinya.
Oleh sebab itu, didalam makalah ini penulis akan memberikan gambaran penting mengenai kumpulan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Menentukan teknik mengajukan pertanyaan dan pemberian motivasi kepada siswa
2. Teknik mengajukan pertanyaan menurut para ahli ( Taksonomi Bloom )
3. Bagaimana mengembangkan strategi bertanya yang efektif
4. Strategi mengajukan pertanyaan yang efektif
5. Menentukan teknik-teknik memberikan motivasi kepada siswa.
Teknik bertanya dan memberi motivasi
Salah satu kegiatan penting dalam persiapan pemberlajaran sebuah materi atau topic dalam matematika adalah menentukan tujuan ( setting objective ) dan ujung kegiatan intinya adalah mengukur apa yang telah dipelajari oleh siswa melalui kegiatan penilaian.
Hal yang lain yang tidak kalah pentingnya dalam persiapan atau perencanaan kegiatan pembelajaran matematika adalah menentukan strategi pemberian motivasi kepada siswa untuk belajar. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar matematika mungkin diakibatkan olah banyak hal, diantaranya karena adanya masalah dalam belajar atau diakibatkan loeh pengalaman yang tidak nyaman dalam belajar matematika sebelumnya.
Siswa yang mampunyai maslah berkaitan dengan fisik, kemampuan intelektual atau masalh emosional besar kemungkinan lemah dalam matmatika, meskipun mereka menonjol dalam bidang studi yang lain. Beberapa diantaranya mereka barangkali lablih nyaman dan tertarik mempelajari bidang study lain dibandingkan dengan belajar matematika. Olah karena itu, sangat mungkin terjadi para siswa yang mempunyai masalah seperti ini tidak mempunyai keinginan untuk berusaha keras belajar matematika lebih bersungguh-sungguh agar mendapatkan hasil belajar matematika.yang lebih memuaskan. Hal ini dikarenakan sebelumnya secara mental mereka telah mencap dirinya tidak maampu belajar matematika,” berprasangka buruk “, kurang percaya diri bahkan tidak pernah suka belajar matematika , padahala keadaan tersebut belum tentu benar,bahkan akan menjerumuskan dia pada situasi yang mungkin tidak menguntungkan.
1. Taksonomi Bloom
Pada tahun 1956 Benyamin Bloom menyamapaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hierarki. Tujuan penyajian dalam bentuk system klasifikasi hierarki ini dimaksudkan untuk mengategorisasai hasil perubahan kognisi pada diri siswa sebagai hasil sebuah pembelajaran. Taksonomi bloom hanya memasukkan perubaha-perubahan mental yang dapat terukur dan teramati. Perubahan-perubahan yang dimaksud diatas adalah yang berkaitan dengan pemecahan masalah, testing, dan pengamatan. Melalui gagasan ini, bloom menyediakan rujukan yang dapat digunakan olah guru ( matematika ) untuk memformulasikan tujuan –tujuan pembelajaran memilih metode mengajar dan pendesainan tes serta aktifitas belajar siswa.
Taksonomi bloom yang dimaksud terdiri atas:
1. Pengetahuan ( knowledge ) selanjutnya disebut C1
Menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa perolah secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka perolah sebelumnya. Informasi-informasi yang dimaksud disini
berkaitan dengan symbol-simbol matematika, terminology dan peristilahan, fakata-fakta, keterampilan , dan prinsip-prinsip.
2. Pemahaman ( comprehension ) selanjutnya disebut C2
Adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau pengertian tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami idea-idea matematika bila mereka dapat mengunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan idea-idea lain dengan segala implikasinya.
3. Penerapan ( application ) selanjutnya disebut C3
Adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemontrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui pengunaanya secara tepat ketika mereka diminta untuk menunjukkan kemampuan tersebut, seorang siswa harus dapat memilih apa yang telah mereka miliki secara tepat sesuai dengan situasi yang ada dihadapanya.
4. Analisis ( analysis ) selanjutnya C4
Adalah kemampuan untuk memilih sebuah struktur informasi kedalam komponen sedemikian hingga hierarki dan keterkaitan antar idea dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. Bloom mengindefikasikan 3 jenis analisis : 1. analisis elemen atau bagian. 2. analisi hubungan. 3. analisis prinsip-prinsip pengorganisasian.
5. Sintesis ( synthesis ) selanjunya disebut C5
Adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik atau system. Dalam matematika sintesis melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya, salah satu contohnya adalh memformulasikan teorema-teorama matematika dan mengembangkan struktur-struktur matematika.
6. Evaluasi ( evaluation ) selanjutnya disebut C6
Adalah kegiatan membuat penilaian ( judgment ) berkenaan dengan sebuah idea , kreasi, cara atau metode. Evalusi adalah tipe yang tertinggi diantara ranah-ranah kognitif yang lain, karena dia melibatkan ranah-ranah yang lain, mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, hingga sintesis.evaluasi dapat memadu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam analisis atau sintesis, misalnya bloom membagikan kegiatan evaluasi dalam 2 tipe yaitu: 1.penilaian pada bukti atau struktur internal, seperti akurasi logika, dan konsistensi. 2. penilaian pada bukti atau struktur external seperti teorema-teorema matematika dan sistemnya.
2. Strategi mengajukan Pertanyaan
Ketika seorang guru matematika mempersiapkan pembelajran, sebuah topic atau unit, dia semestinya menentukan dua jenis tujuan terlebih dahulu., pertama tujuan dan materi matematika ( mathematical content ) yang diajarkan dan kedua adalah tujuan kognisi ( cognitive objective ) yang sesuai dengan sifat materi dan karakteristik siswa yang akan dihadapi. Baik tujuan materi maupun tujuan kognisi seyoginya dijelaskan kepada siswa bagaimana mereka mempersiapkan diri untuk mempelajari topic atau unit tersebut.
Banyak study dan penelitian dalam pendidikan matematika yang memperllihatkan bahwa para siswa mempunyai kecendrungan belajar matematika dengan baik bila mana kepada mereka diberikan hal-hal yang mesti mereka kuasai terlebih dahulu, misalnya, terminology atau peristilahan yang harus mereka pahami dan kuasai secara tepat. Kemampuan atau keterampilan macam apa yang harus mereka pelajari, dan dengan cara bagaimana mengukur atau mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari.
Siswa semestinya mengetahui terlebih dahulu mereka diharapkan mendefinisikan konsep ( ingatan/ pengetahuan), tuntas menguasai keterampilan tertentu ( pemahaman ), membuktikan teorema (sintesis) atau membandingkan struktur matematika (evaluasi )..
Satuhal yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan belajar matematika adalah mengajukan pertanyaan ( asking guestion ) dalam kenyataanya, mengajukan pertanyaan atau bertanya adalah pusat aktifitas dalam sebagian besar strategi belajar mengajar matematika dan dalam prosedur evalusi hasil belajar. Geoege Polya menekankan dalam bahwa pemecahan ( problem solving ) dan metode penemuan dalam matematika ( mathematical discovery ) sebagai sesuatu yang bagus dan potensil untuk digunakan sebagai strategi mengajukan pertanyaan dalam proses belajar mengajar matematika.
Strategi mengajukan pertanyaan dapat bermanfaat dan digunakan dalam mempertemukan sejumlah tujuan belajar dan bervariasi, baik dalam strategi pembelajaran berkelompok maupun pembelajaran secara individual. Kegiatan belajar secara berkelompok diantaranya adalah diskusi, inquiri, dan kegiatan laboratorium yang didalamnya terjadi interaksi, baik antara siswa dengan siswa maupun antara dengan guru, melalui aktivitas bertanya dan menjawab ( question and answer )
Agar sebuah kelompok maupun memecahkan sebuah masalah, anggota kelompok harus mengingat dan memecahkan hal-hal umum yang berkaitan dengan prosedur dan strategi. Kemudian memformulasilkan dan menjawab pertanyaan yang lebih khusus yang berkaitan dengan objek-objek matematika. Kebanyakan program-program pelajaran yang bersifat individual melalui penilaiaa awal ( pre assesment ) untuk menentukan level siswa dalam penguasaan materi- materi matematika prasyarat dan penilaian akhir ( post assesment ) untuk mengukur kemajuan siswa dalam sejumlah tujuan belajar tertentu. Kedua penilaian ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, baik secara lisan maupun dalam bentuk tertulis.
Pada sebuah proses belajar mengajar matematika, agar siswa dapat belajar secara efektif, mereka harus berperan aktif dan tidak ditempatkan sebagai objek pembelajaraan, namun lebih sebagai subjek pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan seyoginya nerencanakan dan dibuat oleh guru untuk mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas ataupun aktifitas kelas lainnya. Hal ini dapat membantu para siswa merasa keberadaan mereka begitu penting dan berpeluang menjadikan berperan aktif didalam aktifitas kelas.
Satu diantara banyak masalah yang dihadapi oleh guru dalam menyajikan materi matematika didalam kelas berukuran besar, dengan jumlah siswa yang banyak adalah perhatian para siswa. Karena situasi kelas yang kurang bahkan tidak konduksif menjadikan tidak semua siswa dapat memperhatikan apa yang diterangkan secara seksama. Kelemahan ini dapat ditangulangi diantaranya melalui kegiatan yang didalamnya terdapat kegiatan bertanya, menjawab dan berdiskusi. Hal ini setidaknya dapat mengkondisikan situasi agar para siswa mengikuti apa yang guru sajikan didepan kelas. Strategi mengajukan pertanyaaan dapat dengan cara atau dengan mengunakan permainan matematika ( mathematical games ). Teka-teki ( mathematical puzzles). Atau kegiatan-kegiatan yang bernuansa penemuan ( discovery activities ) cara ini berpeluang meningkatkan motivasi siswa untuk belajar matematika.
Disamping apa yang telah dikemukakan diatas, metode tanya jawab secara langsung sangat efektif untuk me-review topik-topik atau unit-unit secara cepat setelah mereka memperoleh sesuatu. Sesi review yang telah diajarkan yang merupakan materi prasyarat bagi topik-topik atau unit-unit selanjutnya.
Seandainya mampu, guru dapat: (i) mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang baik, bernas ( berisi ) dan relevan, (ii) melibatkan semua siswa dalam kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan, dan (iii) mengkondisikan serta mendorong diskusi kelas, strategi mengajukan pertanyaan dapat menjadi prosedur potensial untuk kegiatan tinjau-ulang (review) materi-materi matematika yang telah disampaikan kepada siswa.
Teknik-teknik mengajukan pertanyaan semestinya digunakan pula oleh para guru mendiagnosis kesulitan belajar siswa dan mengevaluasi ketuntasan siswa dalam memahami materi-materi matematika.Melalui pertanyaan-pertanyaan yang relevan guru dalam melacak berapa jauh siswa dapat memahami apa yang telahl disampaikan hal-hal apa saja yang masih belum dikuasai dengan mantap. Untuk hal ini, guru dapat mengunakan kata-kata kunci “ mengapa “,” bagaimana”, atau “ dimana” untuk melihat paham tidaknya siswa akan sesuatu yang telah diberikan sebelumnya dan berapa jauh pemahaman akan hal tersebut.
3. Tipe-tipe pertanyaan
Tipe-tipe pertanyaan yang guru dan siswa ajukan dalam kegiatan pembelajaran matematika seyogianya merujuk pada tujuan kognitif dan afektif dari pembelajaran yang dilakukan. Dalam perencanaan pembelajaran seorang guru semestinya mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada siswa sebagai bagian dari penilaian awal dan akhir pembelajaran. Guru seyogianya pula mengembangkan alternatif pertanyaan sebagai pelengkap dalam kerangka perencanan strategi pembelajaranya.
Sebelum guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan tujuan pembelajaran dan materi matematika kepada siswa, mereka sebaiknya mencobakan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk dijawab sendiri. Cukuplah kedalam materinya, sesuai waktu yang diperlukan untuk berfikir dan menjawab pertanyaan yang diberikan? Hal itu dimaksudkan untuk memadu para guru dalam memformulasikan tujuan pembelajaran yang tepat dan proporsional. Disamping itu, hal tersebut akan membantu proses pembelajaran, khususnya dalam mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan, dengan mereka terlebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi matematika kepada diri sendiri akan menghindarkan kejadian guru tidak mampu menjawab permasalahan ketika pembelajaran secara berlangsung. Karena sangat tidak mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan oleh sisea ketika pembelajaran berlangsung dan guru mengalami kesulitan bahkan tidak sanggup menjawabnya.
Hasil dari bertanya kepada diri sendiri oleh guru dapat dijadikan sebagai pertimbangan apakah sebuah pertanyaan layak diajukan kepada siswa atau tidak, jika tidak layak bagaimana cara merevisi atau menganti pertanyaan tersebut agar lebih proporsional. Bahkan, hal tersebut dapat dijadikan tolak ukur untuk mengukur kemampuan mereka sendiri sebagai guru matematika
Beberapa contoh pertanyaan dibawah ini mengambarkan tipe-tipe pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam pembelajaran matematika.
a. pertanyaan yang berkenaan dengan fakta.
contoh : “ dengan cara bagaimana kita menunjukan 6 dibagi 3 adalah 2 ?”
b. pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang konsep
contoh :” apakah definisi sebuah vector “
c. pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang prinsip
contoh: “ bagimana rumus umum sebuah kerucut.
4. Mengembangkan strategi bertanya yang efektif
Dalam sebuah pembelajaran, pertanyaan yang ditujukan kepada siswa seyoginya memperhatikan tingkat kesukaran pertanyaan tersebut. Tingkat kesukaran pertanyaan semestinya disesuaikan dengan kemampuan matematika yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan. Siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah sebaiknya terlebih dahulu diberi pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang fakta dan keterampilan. Selanjutnya, baru mereka diberi pertanyaan yang mempunyai tingkat kognitif yang lebih tinggi, misalkan pengetahuan tentang konsep atau prinsip. Sebaliknya, para siswa yang mempunyai kemampuan matematika diatas rata-rata sebaiknya diberi pertanyaan-pertanyaan yang tingkat kognitifnya berkategori sedang dan tinggi.
Ketika pertanyaaan diberikan kepada siswa, guru sebaiknyamemberi kesempatan kepada semua siswa terlibat mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa siswa yang mempunyai kemampuan matematika “lebih” perlu dihindari, karena akan mengesampingkan keberadaan siswa yang berkemampuan matematika rendah. Disamping itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian waktu yang cukup bagi siswa untuk memformulasi jawaban sebelum memberikan respon terhadap jawaban. Pertimbangaan pula respon guru terhadap jawaban siswa harus proporsional. Karena respon guru terhadap jawaban siswa yang tidak tepat akan membuat siswa yang bersangkutan tidak termotivasi dalam kegiatan Tanya jawab.
Dalam penyajian, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan seyoginya bervariasi, baik model, bentuk, maupun tingkat kesukarannya. Sangat tidak bijaksana jika seorang guru matematika hanya menampilkan pertanyaa-pertanyaan yang tingkat kesukarannya sulit semua atau mudah semua.
Strategi pemberian pertanyaan dalam pembelajaran matematika akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar selama diberikan secara efektif dan proposional. Pemberian pertanyaan oleh guru semestinya dipersiapkan secara matang, tidak bersifat spontan. Selain itupun respon guru terhadap jawaban siswa harus bijaksana dan proporsional agar siswa nyaman dan mendapat manfaat respon dari guru tersebut.
5. Mendiagnosis dan memberi motivasi belajar
Secara umum setiap siswa pasti mempunyai masalah- masalah yang berkaitan dengan emosi, baik disadari maupun tidak. Kadang-kadang hal ini secara tidak langsung mempengaruhi aktifitas, bahkan berpengaruh kepada kemampun mereka dalam belajar.
Beberapa hal yang diduga dapat mengakibatkan masalah-masalah yang berkaitan dengan emosi siswa diantaranya :
a. lingkungan belajar yang kurang kondusif, baik disekolah maupun dirumah
b. “polusi “ social yang berasal dari lingkungan siswa yang berdampak terhadap pola sikap dan pola tidak siswa
c. Pengalaman dalam lingkungaan dalam lingkungan keluarga, terutama yang negative dan kurang menguntungkan.
d. Perubahan system nilai social yang terjadi dilingkungan keseharian siswa.
Semua penyebab tersebut diatas dapat mengakibatkan siswa tertekan jiwanya, selanjutnya mereka kurang atau bahkan tidak memiliki motivasi dalam belajar. Mereka seakan-akan tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar, apalagi berkompetensi dengan teman-teman untuk memperoleh prestasi terbaik dalam belajar.
Akibat iringan dari keadaaan tersebut diatas, dikaikan dengan kegiatan belajara mengajar matematika, beberapa diantaranya adalah ( i ) siswa membolos untuk menghindari untuk pelajaran matematika (ii) siswa gagal dalam melakukan tugas-tugas matematika, (iii) siswa menolak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan matematika.
Masalah rendahnya motivasi belajar matematika siswa dapat diakibatkan oleh beberapa hal antaranya adalah :
b. kegagalan yang berulang yang dialami oleh siswa dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan matematika
c. pengalaman-pengalaman yang dialami oleh siswa yang berhubungan dsengan ketidaknyaman dalam belajar matematika.
d. Ketidakserasian dalam berinteraksi antara siswa dengan siswa lain atau antara siswa dengan guru.
e. Kekeliruaan siswa dalam memaknai dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam matematika
Kendatipun banyak siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi dalam belajar matematika, namun seharusnya kita berupaya menolong mereka dari kesulitan tesebut. Hal tersebut dapat diwujudkan jika guru
(ii) memperlihatkan perhatian kepada siswa secara lebih intensif dan sungguh-sungguh, terutama secara individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing,
(iii) bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menyajikan materi matematika, memilih hal-hal yang menarik dan relevan dengan kehidupan siswa.
Untuk itu, agar para siswa lebih termotivasi dan bersungguh-sungguh dalam belajar matematika, guru seyoginya :
a. Memperlihatkan betapa bermanfaatnya matematika bagi kehidupan melalui contoh-contoh penerapan matematika yang relevan dengan dunia keseharian siswa.
b. Mengunakan teknik, metode, dan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik topic yang disajikan.
c. Memanfaatkan teknik, metode, dan pendekatan yang bervariasi dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Strategi mengajukan pertanyaan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kelancaran proses belajar mengajar, karena disana dapat diketahui sejauh mana materi yang dapat diterima oleh siswa dengan mengunakan konsep Tanya jawab. Dan juga dapat memperlihatkan kecendrungan siswa, dimana letak kesulitan siswa dalam belajar. Jika terdapat kesulitan bagi siswa dalam proses belajar, guru harus dapat mengukur kemampuan siswanya dengan demikian siswa yang mempunyai kemampuan kurang maka guru harus memberikan motivasi kepadanya, agar siswa tadi tidak menganggap dirinya tidak bisa dalam belajar matematika, dengan cara menjelaskan pentingnya pelajaran matematika itu.
Untuk mengetahui agar para siswa lebih termotivasi dan bersungguh-sungguh dalam belajar matematika guru seharusnya :
1. Mengunakan teknik, metode, dan pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakteristik topic yang disajikan.
2. Memanfaatkan teknik, metode dan pendekatan yang bervariasi dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton.
Dengan demikian, kesulitan dalam belajar dapat teratasi dengan baik, baik bagi siswa itu sendiri maupun guru yang mengajarkannya
SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengemukakan beberapa saran yaitu :
1. Hendaknya Guru sebelum mengajukan pertanyaan kepada siswa, guru terlebih dahulu mengetahui materi yang disampaikan, agar pertanyaan yang diajukan kepada siswa tidak keluar dari materi yang diajarkan.
2. Guru hendaknya harus mampu memilih metode belajar sehingga tujuan dalam belajar dapat tercapai
3. Guru hendaknya dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memberikan materi yang diberikan, agar materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Usman, M.U. (1997). Menjadi Guru profesional. Bandung : Rosda Karya.
H. Erman Suherman Ar, Drs., M.Pd., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung : UPI

1 komentar: